Perihal Gairah dan Ambisi

Seseorang bertanya : apakah kita harus memiliki gairah dan ambisi dalam hidup ini? Atau kenapa sih kita harus bergairah dan berambisi dalam hidup?

Ilustrasi:Pexels.com

Itu adalah sebuah pertanyaan yang kelak juga akan menyebabkan kita bertanya soal kebahagian. Misalnya kenapa kita tidak merasa bahagia? Kenapa semakin dewasa semakin sulit untuk bahagia dan menikmati hidup? 

Artinya, antara gairah atau ambisi dan kebahagian merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya menjalin hubungan kasualitas. Tidak selamanya, tapi terkadang kebahagiaan bisa dipengaruhi oleh gairah dan ambisi. 

Tidak perlu cari refferensi kemana - mana, orang yang menanyakan hal ini barangkali karena pernah mengalami, ambisi dan gairahnya dalam hidup dipatahkan oleh kegagalan atau tembok yang menghalanginya mencapai suatu ambisi tertentu.

Jika ambisinya tercapai, dia senang. Jika gairahnya terpuaskan, dia bahagia. Akan tetapi jika ambisinya tidak tercapai dan gairahnya tidak terpuaskan, dia sedih, cemas dan menelan penderitaan yang mendalam. Dan akhirnya, pada senyap malam yang menggigil, dia pergi ke pojok kamarnya dan bertanya: kenapa saya tidak bahagia? Adakah yang salah dengan yang saya kejar ini?


Padahal kalau dipikir - pikir, kebutuhan dasar seorang manusia itu sebenarnya adalah hanya terkait sandang, papan dan pangan. Tapi karena kita sudah dijejali oleh berbagai pengaruh sosial dari masyarakat di sekitar yang mengharuskan kita memiliki ini dan itu , makanya ada sesuatu dalam diri yang mendorong kita untuk selalau berambisi.

Misalnya kita harus kaya untuk bisa dipandang sukses. Kita harus menyandang gelar tertentu untuk bisa dianggap berpendidikan atau kita harus terlahir dari keluarga kerajaan supaya status sosial kita bernilai di mata masyarakat. Kalau tidak memiliki hal - hal demikian, maka kita ditawari untuk untuk mencapai hal - hal yang bisa menggantikan itu --sifatnya palsu namun seolah - olah itu nyata. 

Sampai disini Anda lalu bertanya:
Berarti kita tidak perlu berambisi dan bergairah ya bang, biar kita tidak jatuh pada kecemasan dan kesedihan --biar hidup kita lebih bahagia.

Bukan begitu! Ambisi dan gairah adalah hal yang bersifat subjektif. Maksudnya yaitu bahwa, ada kok orang di dunia ini yang hidupnya tidak bergairah dalam hal tertentu, atau tidak berambisi untuk mencapai sesuatu. Tapi toh mereka happy - happy saja. Sementara yang mencapai banyak hal, belum tentu bisa menikmati dan berbahagia dengan apa yang dicapainya.  

Kenapa bisa demikian? Karena pada hakekatnya seperti yang dikatakan oleh Yuval Noah Harari dalam Homo Deus --Masa Depan Umat Manusia bahwa:

Manusia itu jarang puas dengan apa yang sudah dicapai. Reaksi paling umum pikiran manusia pada prestasi adalah bukan kepuasan, melainkan mengejar lebih --lebih banyak, lebih besar dan lebih bergengsi dari yang sudah dicapai.

Ketika misalnya Anda sudah mencapai apa yang Anda kejar dalam hidup ini, belum tentu  Anda merasa puas lalu pergi ke sebuah vila di bawah kaki gunung dan mulai menuliskan syair - syair indah tentang manusia dan dunia ini. Yang ada adalah, suatau ambisi tercapai, Anda pasti berambisi secara lebih lagi untuk mendapatkan yang lain.

Kita boleh -boleh saja berambisi atau bahkan menaruh obesesi pada banyak hal. Tapi ingatlah bahwa:  

Ambisi yang wajar bisa  mengantarkanmu pada kebahagian, tapi ambisi yang tidak mengenal batas hanya akan membawamu pada kehancuran dan kesedihan.

Kalau sudah begitu, nanti mau salahkan siapa? Tuhan? Takdir? Atau alam yang tidak berkonspirasi terhadap keinginan kita? Ya salah kita sendiri yang baru merasa kenyang setelah perut memuntahkan semua yang sudah dimasukan. 

*Ilustrasi hanya pemanis.

2 komentar untuk "Perihal Gairah dan Ambisi"